
Malam itu, hujan turun sangat dahsyat, yang merupakan puncak amukan musim hujan tahun itu. Jalan tergenang air. selokan meluap, pohon-pohon mahoni tua yang berjajar di jalanan rumahku sebentar lagi akan kehilangan beberapa ranting besarnya. Aku pun memandangi jendela . . . Cras! Cras! Cras! Kilat menyambar-nyambar. Aku mengeluh sedih. Gerakan mereka yang dinamis seperti joget Michael Jackson bikin aku tambah mutung. Betapa membosankannya tersekap di rumah ini.
Sekian lama berdiri di tepi jendela, memori masa kecilku merasuk masuk. Aku teringat betapa senangnya dulu memandangi kilatan petir. Aku tidak ingat kenapa. Justru itulah yang ingin kucari tahu. Kalau dulu otakku belum terlalu kritis untuk bertanya, nah, sekarang, dengan tumpukan protein telur ayam ini, masa sih otak Elektra nggak bisa berkembang sedikit dan mulai penasaran mencari jawaban? Kenapa aku suka petir?
DOWNLOAD
0 komentar:
Posting Komentar